Ini adalah artikel yang diposting oleh Cecep SWP di www.misteridigital.wordpress.com
DRAMA (Fiksi)
Format acara televisi yang diproduksi dengan kreatifitas imajinasi dari kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasikan ulang.
Format tersebut merupakan interpretasi kisah kehidupan yg diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sebuah adegan.
Adegan-adegan tersebut adalah penggabungan antara realitas kehidupan dengan imajinasi para pembuatnya.
- drama percintaan
- tragedi
- horor
- komedi
- legenda
- aksi
NON DRAMA (Non Fiksi)
Format acara televisi yang diproduksi melalui proses pengolahan imajinasi dari realitas kehidupan nyata tanpa harus diinterprestasi ulang dan tanpa menjadi dunia khayalan.
Format tersebut bukan sebuah runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya.
Dengan pengartian bahwa non drama adalah merupakan runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya dan musik.
- talkshow
- konser
- variety show
BERITA (News)
Format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian atau peristiwa yang berlangsung pada kehidupan nyata.
Format ini memerlukan nilai2mfaktual dan aktual yg disajikan dengan ketepatan serta kecepatan waktu dimana sifat liputan independen sangat dibutuhkan.
Sumber :
Menjadi Sutradara Televisi
Naratama - PT Grasindo
ISBN 979-732-351-X
Read More..
23 September 2008
Multimedia Acronyms
Berikut adalah Akronim atau singkatan yang sering digunakan dalam dunia multimedia.
Multimedia Acronyms
ACR Absolute category rating
ANSI American National Standards Institute
ATM Asynchronous transfer mode
CIE Commission Internationale de l’Eclairage
cpd Cycles per degree
CRT Cathode ray tube
CSF Contrast sensitivity function
dB Decibel
DCR Degradation category rating
DCT Discrete cosine transform
DMOS Differential mean opinion score
DSCQS Double stimulus continuous quality scale
DSIS Double stimulus impairment scale
DVD Digital versatile disk
DWT Discrete wavelete transform
EBU European Broadcasting Union
FIR Finite impulse response
HDTV High-definition television
HLS Hue, lightness, saturation
HSV Hue, saturation, value
HVS Human visual system
IEC International Electrotechnical Commission
IIR Infinite impulse response
ISO International Organization for Standardization
ITU International Telecommunication Union
JND Just noticeable difference
JPEG Joint Picture Experts Group
kb/s Kilobit per second
LGN Lateral geniculate nucleus
Mb/s Megabit per second
MC Motion compensation
MOS Mean opinion score
MPEG Moving Picture Experts Group
MSE Mean squared error
MSSG MPEG Software Simulation Group
NTSC National Television Systems Committee
NVFM Normalization video fidelity metric
PAL Phase Alternating Line
PDM Perceptual distortion metric
PBDM Perceptual blocking distortion metric
PSNR Peak signal-to-noise ratio
RGB Red, green, blue
RMSE Root mean squared error
SID Society for Information Display
SSCQE Single stimulus continuous quality evaluation
SNR Signal-to-noise ratio
TCP/IP Transmission control protocol/internet protocol
VCD Video compact disk
VHS Video home system
VQEG Video Quality Experts Group
sumber asli : http://misteridigital.wordpress.com
Read More..
Multimedia Acronyms
ACR Absolute category rating
ANSI American National Standards Institute
ATM Asynchronous transfer mode
CIE Commission Internationale de l’Eclairage
cpd Cycles per degree
CRT Cathode ray tube
CSF Contrast sensitivity function
dB Decibel
DCR Degradation category rating
DCT Discrete cosine transform
DMOS Differential mean opinion score
DSCQS Double stimulus continuous quality scale
DSIS Double stimulus impairment scale
DVD Digital versatile disk
DWT Discrete wavelete transform
EBU European Broadcasting Union
FIR Finite impulse response
HDTV High-definition television
HLS Hue, lightness, saturation
HSV Hue, saturation, value
HVS Human visual system
IEC International Electrotechnical Commission
IIR Infinite impulse response
ISO International Organization for Standardization
ITU International Telecommunication Union
JND Just noticeable difference
JPEG Joint Picture Experts Group
kb/s Kilobit per second
LGN Lateral geniculate nucleus
Mb/s Megabit per second
MC Motion compensation
MOS Mean opinion score
MPEG Moving Picture Experts Group
MSE Mean squared error
MSSG MPEG Software Simulation Group
NTSC National Television Systems Committee
NVFM Normalization video fidelity metric
PAL Phase Alternating Line
PDM Perceptual distortion metric
PBDM Perceptual blocking distortion metric
PSNR Peak signal-to-noise ratio
RGB Red, green, blue
RMSE Root mean squared error
SID Society for Information Display
SSCQE Single stimulus continuous quality evaluation
SNR Signal-to-noise ratio
TCP/IP Transmission control protocol/internet protocol
VCD Video compact disk
VHS Video home system
VQEG Video Quality Experts Group
sumber asli : http://misteridigital.wordpress.com
Read More..
Sutradara
Pra Produksi
Sebagai sutradara ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dikerjakan, yaitu :
- Director’s treatment
- Shotlist
- Storyboard
- Casting
- Reading
- Rehearsal
- Continuity
Director’s treatment
Merupakan gaya penyutradaraan yang akan diterapkan dalam pembuatan sebuah film. Dengan contoh untuk skenario yang sama bisa dihasilkan 4 film dengan gaya yang berbeda.
Tiap sutradara bisa memperlakukan sebuah skenario dengan cara yan g berbeda-beda.
Hal inilah yang menyebabkan adanya berbagai macam gaya penyutradaraan.
Hal-hal yang mempengaruhi director’s treatment adalah
Warna bisa mempengaruhi gaya, misalnya sutradara menampilkan warna (colour tone) yang berbeda untuk setiap pemunculan karakter. Umumnya hanya tokoh kunci yang ditonjolkan karakternya. Bisa juga tidak diberlakukan pembedaan warna berdasarkan karakter tetapi menurut suasana dalam tiap adegan film tersebut. Dengan mengelompokkan adegan-adegan dalam beberapa kelompok yang masing-masing diberi penekanan warna yang berbeda.
Gerakan kamera memberikan efek besar bagi penonton. Untuk itu kelompok adegan yang telah dibuat sebelumnya sebaiknya diperlakukan berbeda pula lewat gerakan kamera.
misalnya untuk adegan sebuah pengharapan lebih banyak ditampilkan dengan gerakan kamera yang dinamis dan variatif, sedangkan untuk adegan yang menggambarkan tentang kesedihan diberi gerakan kamera statis atau lambat sekali.
Penyampaian cerita bisa dilakukan dengan cara memadukan antara narasi dan dialog. Bisa saja film tersebut dibuat narasi menjadi lebih dominan atau tanpa narasi sama sekali.
Tiap paduan menghasilkan efek berbeda terhadap penonton. Untuk menentukan paduan yang pas dalam skenario serta jika memerlukan perubahan mendasar yang disebabkan penerapan suatu gaya penyampaian cerita harus didiskusikan dengan penulis skenario.
Gaya editing harus sejak awal sudah didiskusikan sejak awal dengan editor, agar penonton dapat menikmati alur cerita dengan nyaman. Penulis skenario juga bisa dilibatkan dalam diskusi tentang pemilihan gaya editing.
Shotlist
Shot adalah bagian dari sebuah adegan. satu adegan bisa terdiri dari satu atau lebih shot.
Perencanaan yang cermat harus dilakukan dalam menentukan sudut mana saja dalam sebuah adegan yang akan di shot. Kumpulan dari urutan shot tiap adegan dalam film disebut shotlist. Tanpa shotlist sebenarnya pembuatan film bisa selesai dikerjakan, namun jika mempergunakan shotlist maka proses sebuah pengambilan gambar akan jauh lebih mudah untuk dilaksanakan. Keuntungannya semua kru yang terlibat dalam sebuah penggarapan fulm tersebut akan mengetahui dengan jelas apa saja yang harus mereka lakukan.
Cara termudah untuk mengurai adegan dalam bentuk shot adalah dengan membuat script breakdown, untuk topik tersebut nanti akan dijelaskan pada posting berikutnya.
Produksi
Dalam tahap produksi sutradara harus memastikan beberapa hal yang telah diuraikan dalam script breakdown sheet.
1. Menentukan titik kamera.
2. Membuat floor plan
3. Mengarahkan pemeran
4. Menjaga continuity
5. Menentukan bagus dan tidaknya sebuah shot
Menentukan titik kamera sesuai script breakdown dan shotlist. yang perlu diperhatikan dalam urutan perekaman shot letak kamera jangan dipindah sebelum seluruh shot yang akan diambil telah selesai semuanya. Jika kamera dipindah-pindah akan memperpanjang waktu pengambilan gambar, belum lagi harus setting ulang segala peralatan jika sering berpindah tempat/lokasi.
Membuat Floor Plan
Adalah gambar/sketsa sederhana tentang pergerakan pemeran dan posisi kamera. Dalam hal ini kamera juga bisa bergerak, untuk itu perlu digambarkan juga pergerakan kamera tersebut.
Contoh Floor Plan
Penata fotografi dan penata artistik perlu diarahkan agar sesuai dengan floor plan yang telah dibuat. Jika terbiasa dengan pembuatan floor plan maka komunikasi dengan seluruh tim akan jauh lebih mudah dan lancar.
Mengarahkan Pemain
Sesuai arahan waktu latihan (rehearsal), seorang sutradara perlu membimbing para pemain untuk melakukan tugasnya. Mengupayakan dengan membuat suasana waktu pengambilan gambar menjadi senyaman mungkin agar para pemain tidak terlalu tegang.
Ketegangan yang berlebihan seringkali mengakibatkan para pemain tidak bisa maksimal dalam memerankan karakter, kadangkala penampilannya menjadi lebih buruk dibanding saat rehearsal.
Menjaga Continuity
Hal-hal yang penting berkaitan dengan kesinambungan (continuity) saat gambar dan suara direkam adalah screen direction, properti, waktu, dan suara.
Screen direction adalah arah hadap para pemain sebelum, saat, dan sesudah tiap shot direkam. Harus diperhatikan dengan teliti tentang posisi dan pergerakan pemain.
Properti, harus dipersiapkan dengan teliti untuk kebutuhan tiap shot yang akan direkam.
Umumnya karakter dibangun dengan bantuan properti yang tampil secara bersamaan dalam satu layar. Jika properti dari tiap tokoh tidak dipersiapkan dengan baik, penonton akan kesulitan mengidentifikasi tokoh-tokoh dan informasi yang hendak disampaikan oleh sutradara.
Waktu disini pengartiannya digunakan untuk menjelaskan kronologi sebuah cerita. Segala sesuatu yang berkaitan dengan elemen waktu dalam skenario harus diperhatikan dengan cermat, termasuk sumber cahaya yang masuk akal untuk waktu yang tertera dalam skenario.
Suara, unsur ini akan membantu menciptakan suasana yang diinginkan sutradara. Selain dialog yang wajib direkam dengan baik, suara lain yang mendukung seperti kereta api, peluit, suara penumpang, dan suara para pedagang juga mesti direkam. Intensitas suara pendukung atau atmosfir umumnya lebih rendah ketika dialog terjadi agar tidak terjadi tumpang tindih informasi yang disampaikan lewat suara.
Menentukan Bagus dan tidaknya sebuah shot (OK or NG)
Mencatat semua keputusan yang diambil pada saat perekaman gambar dan suara pada kolom-kolom yang terdapat dalam script continuity report. Jika puas dengan yang tampil dilayar maka dituliskan OK pada kolom OK/NG. Bila ada pengulangan shot kolom tersebut ditulis NG. Bisa juga memberi beberapa catatan pada kolom notes, misalnya suara OK gambar NG. Dengan asumsi sutradara mempunyai pilihan untuk suara sedangkan gambar akan diambil dari take yang berikutnya.
Catatan waktu yang tampak pada layar kamera (viewfinder) dituliskan pada kolom TC In/Out
(Time Code). TC In menunjukan waktu saat “action”, sedangkan TC Out menunjukan waktu setelah “Cut”
Contoh Script Continuity Report
Pasca Produksi
Usai pengambilan gambar, semua lembar script continuity report harus dirapikan agar tidak ada informasi yang tercecer. Setelah itu menyerahkan script continuity report kepada editor untuk dijadikan panduan dalam menyeleksi gambar.
Setelah editor mengerjakan seluruh adegan menjadi suatu rangkaian, kemudian mempresentasikan hasil tersebut kepada sutradara untuk tahap koreksi sesuai dengan acuan dari skenario dan script continuity report. Dalam hal ini keputusan ada ditangan sutradara dan produser ***
sumber asli : http://misteridigital.wordpress.com
Read More..
Langganan:
Postingan (Atom)